HIDUP CERIA
  • Home
  • About Us
  • Contact Us
  • Event
  • Facilitators
    • David Budi Wartono
    • Mita Sampepajung
    • Hanifah Salim
    • Yolanda Dwi Kartikasari
  • Practitioners
    • David Budi Wartono
    • Mita Sampepajung
    • Yolanda Dwi Kartikasari
    • Fransiska Sutanto
    • Hanifah Salim
    • Arum Sekarwangi Tunjungsari
    • Santi Kertadinata
    • Lineation Team
  • Jadwal Kelas
    • David Budi Wartono
    • Mita Sampepajung
    • Hanifah Salim
    • Yolanda Dwi Kartikasari
  • Testimoni

Halo, Sahabat Ceria!

Pasti pernah atau malah sering mendengar tentang facelift? Dan kemungkinan besar ingatan atau pengertianmu adalah tentang teknik peremajaan wajah seseorang melalui pengencangan/pengangkatan bagian-bagian tertentu dari wajah agar terlihat kembali muda, cantik, dan kencang? Begitu bukan? Atau malah langsung membayangkan bahwa ada teknik operasi yang dilakukan dalam upaya facelift tersebut?

Nah, bicara tentang facelift, sebenarnya ada beberapa teknik dari facelift atau upaya yang bisa dilakukan untuk peremajaan wajah seseorang, jadi ga cuma dengan teknik operasi, loh! Misalnya dengan teknik akupuntur, totok wajah, totok aura, atau proses pengaliran energi (Access Energetic Facelift). 

Dan pada postingan kali ini, HidupCeria mau ngasih info menarik tentang teknik ajaib dan emeijing bernama Access Energetic Facelift, nih! Yang mana, teknik ini akan difasilitasi oleh Dr. David Budi Wartono di kelas Access Energetic Facelift, yang akan berlangsung pada tanggal 22 Agustus 2021 nanti!



Tentang Access Energetic Facelift.

Seperti yang tertulis pada website resminya, 
"The Access Energetic Facelift is a wonderful way to rejuvenate the face and reverse the signs of aging on the face and throughout the entire body."

Yang secara bebas bisa kita artikan sebagai "salah satu cara ajaib untuk meremajakan kembali wajah dan seluruh tubuh, serta menghambat tanda-tanda penuaannya."

The gentle soothing touch applied to your face and neck works with your body's cells to restore, enliven and rejuvenate. 

Sentuhan lembut oleh praktisi Access Facelift pada wajah dan leher klien, akan mengaktifkan sel-sel tubuhnya untuk bekerja memulihkan, menghidupkan, dan meremajakan wajah dan tubuh si klien. 

While receiving an Access Facelift, many different energies are applied to the body and face, and there are many possibilities to discover what can be released. What if you could dissipate everything you have judged about your face? 

Ketika dalam process terapi ini, akan banyak sekali energi berbeda yang akan aktif mengalir di dalam tubuh dan wajah, sehingga berpeluang untuk melepaskan berbagai penghakiman yang selama ini tertanam tanpa sadari di dalam tubuh baik terhadap wajah mau pun tubuhnya. 

Sumber: Website Resmi Access Consciousness

Sekilas tentang Penghakiman Yang Tanpa Sadar Kita Berikan Pada Wajah dan Tubuh Kita.

Pernah ga, sih, Sahabat Ceria...., kalian itu... ketika berdiri di cermin dan menatap wajah sendiri, tanpa sadar pikiran atau malah mulut kalian berdesis begini, "Duh, kok muka aku kusam banget ya sekarang?" 
Atau
"Duh, gile, ini wajah aku menua banget yak? OMG!"
Atau
"Hayyah, gue ubanan? Seriously?" 
Atau
"Anjirr, ini body gue melar banget!"
Dan...., berbagai penghakiman lainnya yang tanpa rasa bersalah terus saja kita lemparkan ke wajah dan body kita?

Itu baru dari diri sendiri, loh! Belum lagi penghakiman dari orang-orang lain, baik yang di sekitar kita, atau malah bullying dari sosial media! 

Tahukah kalian, Sahabat Ceria, bahwa penghakiman-penghakiman ini, jika kita sepakat (tanpa sadar atau malah dengan sadar) mengakuinya, menyetujuinya (agreed and aligned with it), maka hasilnya akan mewujud nyata dalam realita! 

Yess, definitely, loh!

Nah, si Access Energetic Facelift ini, yang berupa rangkaian beberapa energi yang akan kita akftifkan di dalam tubuh (selama proses terapi) akan bekerjasama dengan sel-sel tubuh kita, untuk meremajakan kembali wajah dan seluruh tubuh, serta menghambat tanda-tanda penuaannya."

Ha? Really? Emang bisa? 

Yup, bisa donk! 

Energi Access Facelift adalah salah satu bentuk body process dari Access Consciousness yang powerful banget, dan karena setiap tubuh itu beda-beda daya serapnya, maka efek dari facelift itu sendiri juga akan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada kondisi tubuh dan kebutuhan masing-masing klien. 

Tubuh kita yang cerdas, akan bekerja sama dengan energi ini untuk membatalkan penghakiman-penghakiman yang tertanam di dalam pikiran kita selama ini, dan bekerja secara harmonis dengan energi yang mengalir selama proses terapi berlangsung, mendeteksi kebutuhan wajah dan tubuh, sehingga memberi efek yang berbeda pada setiap klien. Namun secara umum, testimoni dari banyak klien/pasien dari berbagai negara di dunia, yang telah merasakan pengalaman terapi ini, adalah sebagai berikut:

  1. Klien merasa jauh lebih santai, baik dalam penampilan dan sikap. Tidak gampang terpengaruh oleh penghakiman orang lain terhadapnya.
  2. Lebih bersinar dan terlihat jauh lebih muda
  3. Bangkit dan bersemangat serta berenergi
  4. Berkurangnya kerutan, garis dan bengkak (ini setelah menjalani beberapa sesi).
  5. Kulit lebih halus, lebih kencang dan bercahaya
  6. Adanya engangkatan rahang dan alis, pengencangan leher, pengangkatan payudara, pengencangan bokong dan pengangkatan seluruh tubuh. (Tiap orang beda-beda sih efeknya, ya!)
  7. Mengurangi jaringan dan parut serta pigmentasi
  8. Membersihkan kondisi kulit yang meradang, gatal dan meletus.
  9. Alis kembali ke warna aslinya (dari yang abu-abu)
  10. Berhentinya kebotakan setelah menjalani 4-5 sesi 
  11. Jarak Penglihatan/visi menjadi lebih baik.
  12. Pandangan mental membaik.
  13. Dll.
Seperti yang kami sampaikan di atas, bahwa setiap tubuh akan menerima efek/manfaat yang berbeda, loh, ya, tergantung kondisi dan kebutuhan tubuh itu sendiri. 

Nah, gimana, Sahabat Ceria? Seru banget kan? Dan kebayang ga nih jika kalian bisa menjadi praktisi dari Access Energetic Facelift ini, berapa banyak manfaat dan possibilities yang terbuka? Yuk, mumpung Dr. David Budi akan mengadakan kelasnya pada tanggal 22 Agustus 2021 nanti, yuk, cek energi kamu apakah kamu terpanggil untuk mengikuti kelas ini. Jika iya, bisa hubungi kontak person di bawah ya. 

Contact person untuk pendaftaran bisa menghubungi
Alaika Abdullah
WA. 0815 7346 2990

Info lengkap ada pada banner di atas, and see you in the class? 😊

Bandung, 6 Agustus 2021
Hidup Ceria Team

ℍ𝕒𝕝𝕠, 𝕊𝕒𝕙𝕒𝕓𝕒𝕥 ℂ𝕖𝕣𝕚𝕒.
𝕊𝕖𝕝𝕒𝕞𝕒𝕥 𝕕𝕒𝕥𝕒𝕟𝕘 𝕕𝕚 𝕣𝕦𝕞𝕒𝕙 𝕜𝕒𝕞𝕚!
𝕃𝕠𝕙, 𝕜𝕠𝕜 𝕥𝕖𝕣𝕝𝕚𝕙𝕒𝕥 𝕓𝕚𝕟𝕘𝕦𝕟𝕘? 𝕃𝕒𝕘𝕚 𝕔𝕒𝕣𝕚 𝕚𝕟𝕗𝕠 𝕒𝕡𝕒, 𝕟𝕚𝕙? 😊

Udah bener, loh, ini memang rumah virtual ℍ𝕚𝕕𝕦𝕡 ℂ𝕖𝕣𝕚𝕒, yang berisikan informasi-informasi seputar berbagai tools dari 𝔸𝕔𝕔𝕖𝕤𝕤 ℂ𝕠𝕟𝕤𝕔𝕚𝕠𝕦𝕤𝕟𝕖𝕤𝕤 dalam Bahasa Indonesia, dan memang khusus dipersembahkan untuk kamu-kamu yang sedang mencari jalan dalam membuka peluang untuk merubah kehidupanmu menjadi jauh lebih baik.



Hidup ini memang penuh dengan realita kehidupan yang pada umumnya bukanlah seperti yang kita harapkan atau inginkan. Sering kali kita mendapati kenyataan di mana seseorang (atau malah diri kita sendiri?) yang terpaksa menjalani kehidupan ini dalam rasa yang perih, carut-marut, penuh drama dan jauh dari impian. Hayo, kamu termasuk yang kisah hidupnya seperti ini? 😁

Tahukah kamu bahwa sebenarnya kita ini adalah infinite being alias makhluk tak terbatas, yang jika paham ilmunya, maka kita bisa menciptakan kehidupan yang berkemudahan, riang dan mulia?

Yup, beneran. Sebagai infinite being, kita ini sangat  powerful,  loh!
Apalagi jika kita mampu memberdayakan energi alam semesta bagi kebaikan kita dan sesama, maka hidup berkemudahan, riang dan mulia itu tak perlu harus digapai dengan "berdarah-darah", kerja keras yang tiada henti, dan penuh dengan air mata.

Hidup nyaman, berkemudahan dan bahagia ini, bisa banget kita gapai dengan ease, smart dan dalam langkah yang riang gembira.

Wow, kok kesannya indah banget yak? Sounds "too good to be true" bagi telinga dan langsung dibantah oleh logika? 😁 

Eits, sebenarnya ini beneran, loh! Pasti kamu sering mendengar ungkapan atau anjuran yang semakin sering berseliweran di telinga, yaitu "work SMART towards your dream!", bukan "work HARD to achieve it" kan?

Yang kalo dalam versi bahasa kita tuh, bisa kita terjemahin secara bebas seperti ini, "bekerjalah dengan cerdas dalam mencapai impianmu, bukan bekerja keras tanpa henti untuk menggapainya."

Nah, 𝔸𝕔𝕔𝕖𝕤𝕤 ℂ𝕠𝕟𝕤𝕔𝕚𝕠𝕦𝕤𝕟𝕖𝕤𝕤 itu mengajarkan kepada kita banyak sekali ilmu-ilmu keren yang bisa kita aplikasikan di dalam kehidupan ini. 𝔸𝕔𝕔𝕖𝕤𝕤 ℂ𝕠𝕟𝕤𝕔𝕚𝕠𝕦𝕤𝕟𝕖𝕤𝕤 memfasilitasi diri kita untuk mampu berada dalam state of consciousness alias penuh kesadaran, atau dengan kata lain, berkemampuan untuk hadir di dalam kehidupan kita setiap saat, tanpa penghakiman tentang diri kita atau siapa pun, sehingga dengan berada dalam sisi seperti ini, akan membantu kita untuk lebih mudah dalam beraktivitas dan berkarya, serta menjadi mudah dalam melangkah menggapai hidup yang berkemudahan, riang dan mulia.

Ops, kok malah jadi penasaran gitu, sih, membaca kalimat di atas? Atau malah jadi bingung dan ga sabar ingin mengetahui lebih lanjut? Coba deh kamu lanjut ke tulisan "Apa itu Access Consciousness" ini, ya!

Salam,
Hidup Ceria Team.




Halo, Sahabat Ceria! 
Selamat datang kembali di halaman ini. Semoga pada sehat dan terhindar dari serangan maupun paparan Covid-19, ya! Stay safe, stay clean and healthy. 😊
Yang paling penting lagi, nih, tetap jaga hati, bodi (stamina), dan jauhkan diri dari membaca berita hoax tentang Covid-19, agar hati dan jiwa tetap hepi, ok? 

Dan...?
Dan sesuai judul postingan ini, Teh Mimi mau ngenalin kalian dengan salah satu praktisi Access Consciousness yang adalah juga seorang fasilitator Access Bars, nih! Namanya Kak Poppy Loise, berdomisili di Jakarta. Yuk, kenalan dengannya sembari 'mendengarkan' testimoninya selama perjalanannya bersama Access Consciousness. Check it out below, ya! 


Praktisi Access Consciousness dan
Fasilitator Access Bars


Hallo...,
Salam kenal, nama saya Poppy Louise dan lebih suka dipanggil QPop, bukan Mba atau Ibu. Saya mengenal Access Consciousness atas rekomendasi kawan prana, yang mulai gerah dengan kegalauan saya. 

Sudah pecicilan, gak konsen meditasi, dan tukang galau maksimal. Oktober 2018, saya mengikuti kelas perkenalan Access Bars di Tangerang, dan di sana saya mendapatkan sesi Access Bars pertama saya. Rasanya apa? 

Rasanya beraaatttttt!!
Saya juga merasakan ada sesuatu yang gelap yang seolah terlepas dari lengan kanan saya. Entah apa itu? Saya juga mendapatkan clearing secara verbal, yang tidak saya pahami pada saat itu. Sebagai single mom dengan 3 anak, tentunya biaya investasi untuk menjadi praktisi Access Bars, sangatlah berat. 

Tiga juta seratus Rupiah (IDR. 3,1 juta ) pada masa itu. Saya tidak ada uang sejumlah itu. Akhirnya, saya mengikuti kelas money yang menurut saya lebih murah, dan tentu saja saya berharap kelas itu bisa memperbaiki keuangan saya....

Di kelas Money, saya berkenalan dengan teman-teman baru, salah satunya adalah dr. David dari Bandung, yang saat itu belum menjadi praktisi Access Consciousness. Saat itu, kami kembali belajar mengenai human dan humanoid, dan saya banyak bertanya kepada David mengenai anak-anak dan kehidupan saya. 

Secara awam, saya tidak paham mengenai humanoid, tapi paham mengenai orang-orang yang mempunyai kemampuan lebih, indra ke-6, atau indigo. Iseng-iseng, saya bertanya pada teman baru yang indigo mengenai repeating pattern. 

Apakah Access bisa mematahkan repeating pattern tersebut? 
(Oiya, repeating pattern saya waktu itu adalah untuk berelasi dengan orang-orang yang 'salah' dan biasanya hanya bertahan 4-6 bulan, diikuti kegalauan menahun). 

Dokter David bilang begini, "mungkin bisa..., coba aja...." Hahahhahaa... 
Baiklah..., waktu itu baru berelasi 3 bulanan, mulai gak jelas juga.

Desember 2018, entah bagaimana caranya, menguras seluruh tabungan saya, saya nekat mengikuti kelas Access Bars pertama saya di Bandung dan mulailah perjalanan bersaama Access Consciousness ini dimulai.

Perjalanan Access Consciousness saya cukup aneh, cepat namun aneh! 
Saya belajar Access Energetic Facelift, saya belajar beberapa Access Body Processes lainnya. Banyak kelas-kelas body process yang saya ikuti. Saya juga belajar ulang Access Bars lagi, kedua kali..., ketiga kali..., dan mengurus lisensi Bars Facilitator saya. 

Ya, saya resmi menjadi pengajar kelas Access Bars!!! 
Banyak keajaiban yang terjadi pada kehidupan teman-teman dan clients yang menerima sesi bars. Tanpa janji apa-apa, karena tidak boleh ada proyeksi dan ekspektasi. Namun banyak sekali testimoni. 

Saya sendiri berubah menjadi pribadi yang lebih percaya diri, dan banyak tools dari Access Consciousness yang bisa saya gunakan untuk membungkam dan membuang kegalauan saya. Dalam satu tahun, saya membuat beberapa kelas Access Bars dengan peserta yang unik menarik. 

Kemungkinan apa yang terbuka, yang tersedia untuk saya, hari ini dan di masa mendatang? 
Access Consciousness adalah ongoing process, terus belajar untuk terus meningkatkan awareness kita. Terus belajar untuk melihat banyak hal dalam kehidupan sebagai sudut pandang yang menarik (IPOV, Interesting Point of View). 

Belajar untuk menyayangi diri sendiri, dan belajar untuk menjadi garam dan terang dunia. Mempelajari Access Consciousness juga secara langsung dan tidak langsung belajar untuk lebih allowance terhadap kehidupan, tidak memilih drama dan trauma (karena kita mempunyai tools untuk membuang sampah emosi yang 98% bukan punya kita), lebih peka untuk mendengarkan dan menyayangi diri sendiri, bumi, dan semesta. 



Catatan kaki: 

Akhirnya saya putus dengan pacar saya setelah satu tahun lebih sedikit (ada rasa senang, karena sudah tidak terjebak dalam repeating pattern 4-6 bulan), dan masa itu saya banyak terbantu oleh teman-teman Access dan tools Access, untuk menjalani kehidupan dengan lebih legowo, allowance.

All of life comes to me with ease, joy, and glory. 
Saya juga memahami, sebagai infinite being, kita sebenarnya sudah lengkap, tidak butuh pelengkap untuk menjadikan diri kita utuh. Namun, ketika semuanya direlakan, lebih banyak keajaiban yang terjadi. Biarlah dan biarkan semesta, body dan being kita, yang memberikan pilihan yang menyenangkan dalam hidup ini. 
Weip? What else is possible. How does it get any better than this? 

QPop - Jakarta 
WA. 081299898459
IG. @alwaysalways0512
Halo, Sahabat Ceria. Berikut sebuah tulisan yang masih dalam versi asli (berbahasa Inggris) yang ditulis oleh Chustisa Bowman, seorang Access Facilitator.  Sebuah tulisan yang sangat menarik terkait banyak pertanyaan yang bertanya apakah Access Consciousness ini adalah sebuah cult (mass movement)? 

Versi Bahasa Indonesianya akan segera menyusul, ya! 

access consciousness


𝕀𝕤 𝔸𝕔𝕔𝕖𝕤𝕤 𝕒 ℂ𝕦𝕝𝕥?
By Chustisa Bowman, an Access Facilitator. 

I have frequently been asked, "Is Access a cult?". 
This prompted me to research what a cult really was and why people have intense apprehension and great unease about cults. Whenever someone talks about cults, I would ask one simple question, "Just what do you mean by the term 'cult'?" 

I have found that when most people think about "cult", they often think of closed sacred groups led by a charismatic leader with devout followers, whose beliefs or practices are considered abnormal or bizarre.

To some people, the word 'cult' conjures up images of strange-dressed people with shaved heads, dancing and chanting on a busy street corner, or a small band of extremists holed up in a remote farmhouse. It can conjure up images of a group of people who isolate themselves from friends, family, and even society, or religious groups that engage in dangerous, criminal, unethical, and devious practices. 

The term "cult" is often used loosely by many who may not be fully aware of its meaning and connotations. Most people believe a cult is something negative that strays from the confines of the general public's opinion of what is the "norm" or that which defines the "social good". The negative conception of a cult today implies a spiritual grout that has strange, weird, or bizarre beliefs, is highly controlling and engages in criminal practices.

Many ideas surrounding the definition of a cult are shaped by the media. So, what is a cult really? In its original sense, the word 'cult' is not demeaning. The word cult comes from the French Culte, and is rooted in the Latin cultus, which means "care" and "adoration." 

That idea comes from the Latin cultus - the past participle of colere, which means "to cultivate". The word was used in the sense of "to worship" or give reference to a deity. The World Book Encyclopedia explains that "traditionally, the term cult referred to any form of worship or ritual observance". 

By that criterion, all spiritual and religious organizations could be classified as cults. Within academic texts, for example, we can frequently find the early Christian church referred to as a cult as well as references to such things as the Cult of the Virgin Mary. Conversely, in general usage goday, the word "cult" has a different meaning. None of the original definitions, however, are what people are thinking of when they accuse a group of being cultish. 

Since the mid-­‐1900's, publicity about cults has altered the meaning of the term... cult has attained much more derogatory, negative and judgmental connotations. 

Today, many people use the term to refer to any movements or any group they consider nonstandard or deem dangerous. This commonly includes what law enforcement deems dangerous or destructive cults (such as those promoting murder, abuse, or suicide). 

Before examining the question "Is Access a cult?", let us give thought to not only the World Book Excyclopedia definition, but also what leading commentators in the field of cults and the nature of mass movements say. 

One such thought leader, Eric Hoffer, an author of the best selling book, The True Believer, maintains that " a cult (mass movement) attracts and holds a following not by its doctrines and promises but by the refuge it offers from the anxieties, barrenness, and meaninglessness of an individual existence". 

However, he also acknowledges that some movements are good, while others are not. He looks at only the characteristics and tactics, not the morality of the movement. 

The book probes into the psychology of the frustrated and dissatisfied, those who would eagerly sacrifice themselves for any cause that might give their meaningless lives some sense of significance. 

The disaffected seek to lose themselves in these movements by adopting those fanatical attitudes that are, according to Hoffer, fundamentally a flight from the self. 

Hoffer stresses that "To the frustrated a mass movement (cult) offers substitutes either for the whole self or for the elements which make life bearable and which they can not evoke out of their individual resources".

After studying the book "The True Believer", I gained more clarity and awareness of the ultimate distinction that sets Access apart from what is currently defined as a cult by the general public, media, and law enforcement. 

Using Hoffer's definition, Access is what he delineates in his book as a "practical organization". Eric Hoffer also describes the contrast between a practical organization and a cult, best summarized in his own words, " There is a fundamental difference between the appeal of a mass movement and the appeal of a practical organization. The practical organization offers opportunities for self-advancement....." 

On the other hand, a mass movement (cult) attracts and holds a following not because it can satisfy the desire for self-advancement, but because it can satisfy the passion for self-renunciation. 

Cult offers substitutes either for the whole self or for the elements which make life bearable and which they can not evoke out of their own resources. 

Among Hoffer's insight about mass movements (cults) was that they are an outlet for people whose individual significance is meager in the eyes of the world and ---more importantly--- in their own eyes.

From Hoffer's standpoint, Access is indeed a practical organization since it is about facilitating consciousness, awareness, knowing, and self-advancement. The target of Access is to empower individuals at all times to know that they know and to know that they can choose to step into the greatness that they truly are. 

Access doesn't offer a substitute for what Hoffer describes as "the whole self" because it empowers you to evoke your own resources, awareness, and inner knowing. 

Eric Hoffer put forward that an organization is a cult if the vigor of an organization stems from the propensity of its followers for united action and self--sacrifice, best summarized in his own words, "The chief preoccupation of a mass movement (cult) is to foster, perfect and perpetuate a facility for united action and self-sacrifice...., any group or organization which tries, for one reason or another, to create and maintain compact unity and a constant readiness for self-sacrifice usually manifest the peculiarities of a mass movement (cult)". 

In contrast, the vigor and growth of Access doesn't depend on its capacity to evoke and satisfy the passion for self-renunciation. Instead, it encourages people to generate their priority for self-advancement. 

Actually, it inspires people to be willing to allow themselves to be first and foremost in their life and stop making anybody else's needs, wants and desires the source for creation. 

What Access does is provide tools and insights that empower people with the awareness of the fact that they perceive, know, be, and receive everything infinitely. 

Access empowers people to know that they always have choice. It is about awareness, choice, and possibilities, not exclusion. According to Hoffer, cults can not do this, because if they do they will destroy themselves if they allow individuals to have self-interest, choice, and awareness. 

Hoffer stipulates in his book that, "a mass movement is bound to lose much when it relaxes its collective compactness and begins to countenance self-advancement as a legitimate motive of activity.... The same is true of religious and revolutionary organization: whether or not they develop into mass movements depends less on the doctrine they preach and the program they project than on the degree of their pre occupation with unity and the readiness for self-sacrifice". 

From this viewpoint, Access can not succeed and accomplish as a cult since it doesn't require people to sacrifice the self or to have a willingness to dissolve the self by losing their individual distinctness in a compact collective whole. 

Hoffer stresses that in order to become part of the cult and a compact whole, the cult members have to forego much. The cult requires them to give up privacy, individual judgment, and often individual possessions. 

They have to become a follower (the true believer) and live their life by the cult leader's point of view. On the contrary, the Access founder not interested in collecting followers. He is interested in empowerment and he says that getting others to follow a leader a leadership. 

There's a difference between someone who takes charge and someone who is a leader. Cults take charge of your life. 

A true leader is one who knows where they are going and invites you to come along if you choose. And if you don't choose, it's your choice. 

In addition, Access can not successfully propagate as a cult since it encourages people to perceive and to know and to acknowledge that "Noone and nothing is more valuable than your consciousness and your choice and most importantly on ever give up your point of view for somebody else." 

Access does not require you to take the point of view about anything. It does not require you to believe anything. You do not even have to believe the Access tools will work in order to learn them and practice them successfully. 

It facilitates you to get whatever your point of view is, since you are the one who knows everything about your life, and what's right for your life. Access advises you to only give up your point of view if you see it as a limitation. Access has no answers, only questions. Access encourages you to ask, "What if the point of view you had was a possibility? 

So..... Is Access a cult of is it a source of empowerment?



Hai, teman-teman. Ketemu lagi sama aku, Joelia. Aku punya cerita seru nih. Ijinkan ku berbagi cerita dan cinta yaa! 😊😊


Hari ini adalah hari ke-30, merupakan hari terakhir challenge clearing jealousy.
Bagiku, ini adalah bagian dari my journey yang amazing. Ketika dr. Dave menginisiasi voice chat clearing challenge yang langsung terbersit dalam diriku adalah jealousy. 

Yang menakjubkan adalah memilih  dan melakukan challenge ini membawa perubahan pada seluruh diriku, layaknya kepingan-kepingan puzzle yang kemudian pas terekat. Aku merasakan bahwa setiap hal ada waktunya tersendiri, kesadaranku beriring manis bersama waktu. 

Perjalanan hidupku adalah kelas Access yang sesungguhnya, dan kunci dari tools Access adalah practice😊 
Sekalipun di masa pandemi ini aku memilih untuk tidak mengikuti event-event swap bersama teman-teman dan  memilih diam di rumah, namun aku melakukan swap dengan suami. Terjadwal rutin dan commit di setiap hari Sabtu pukul 14.00 wib/siang. 

Ujian terus mesra menghampiriku di setiap waktu, bahkan sesekali membuatku "tersungkur", namun lulus ujian adalah kado termanis menuju ujian berikutnya. Masih banyak kepingan puzzle yang belum kutemukan  atau  mungkin kuketahui tapi tak maui. 😯 

Di perjalanan clearing challenge jealousy ini, bukan hanya jealous yang terbuang. Perasaan jealous juga membuat aku ingin seperti "dia" (lalu eksesnya adalah judging terhadap diri sendiri, muncul kompetisi, dan bahkan menggunakan realita orang lain untukku). 

Bagian ajaibnya adalah itu semua hancur. Aku menjadi diri sendiri , this is my own journey yang sangat asiiiik. Satu lagi kepingan puzzle diriku yang ajaib adalah gratitude. Agustus 2020 yang lalu  dr Dave mengajak challenge menulis 10 syukur setiap hari, tidak boleh sama ucapan syukurnya, dan...?

Dan hari ini, setelah 9 bulan, aku masih terus bersyukur dan menuliskannya. Tak pernah terbayangkan bahwa sampai dengan hari ini aku telah menuliskan lebih dari  3600 (baca :  tiga ribu enam ratus😯😁)  rasa syukur yang tidak pernah sama.

Tercenung....
Terpesona....
Takjub....
Wooow!!!

Beribu syukur. Itu artinya Tuhan dan semesta menyediakan berlipat-lipat dari itu, maukah kita menyadarinya dan menerimanya? Secara tak sengaja beberapa hari lalu  aku sedang berdiskusi dengan kolega tentang suatu masalah pekerjaan yang tampaknya begitu pelik. 

Lalu aku bertanya : weip? What else is possible? 
Bersyukurlah  selalu dalam segala hal. Bagaimana aku bisa bersyukur? 
Apa kontribusi kepelikan ini yang create more buat diriku? 

Lalu berdiskusilah kami dan berceritalah aku tentang buku catatan gratitude. Lalu keajaiban terjadi lagi. Kolegaku itu adalah kolektor notes book dan karena merasa koleksi itu lebih berguna jika dibagikan kepada orang yang membutuhkan, maka dibagi-bagikanlah notes book itu, dan bagian ajaibnya adalah ada 1 notes book yang  dia rasakan nggak mau diberikan ke orang, setiap kali, selalu dan selalu muncul (ketika beberes) seperti menunggu untuk ditulisi. 

Dan..? 
Ternyata notes book itu menunggu ditulisi gratitude😍😍. Woww!!
Mulai hari itu dia menulis 10 ucapan syukur di notes book itu,  setiap hari. Dan notes book itu selalu dibawa kemanapun  dia pergi. Clearing challenge jealousy memperkaya rasa syukurku. 

Bersyukur menjadi diriku sendiri 
Bersyukur dalam pelukku 
Bersyukur dalam rinduku

Gratitude,
Joelia,
Bandung, 10 June 2021

Hai, namaku Lily Tasman. Panggil saja Lily, dan hari ini aku ingin berbagi sebuah kisah. Kisah perjalanan kehidupan yang telah membuka wawasan, ruang, dan kesadaranku sehingga membuat hidupku kini terasa lebih lapang/mudah, riang dan berkelimpahan. Dan perjalanan ini aku lalui bersama Access Consciousness! 

Yup, belajar di kelas-kelas yang ada di Access Consciousness itu, mengenal tools-nya yang beragam, berlatih dan terus memperdalam ilmunya itu, bikin aku space banget! 
Sangat bersyukur karena diberi kesempatan masih bertemu kehidupan! Iyalah, siapa coba yang tidak akan bersyukur karena kita masih hidup, ya kan? 

Etapi, ada loh, orang-orang yang tidak aware bahwa berkesempatan untuk tetap hidup itu adalah berkah! 
Aku sungguh bersyukur masih bisa giving and receiving napas kehidupan! Bahwa hidup itu indah banget, dan merupakan sebuah kesempatan. We can create so many things and anything we can create! 

Dulu..., mikirnya sih, kalau mati, suka takut, kuatir banget dengan yang aku tinggalkan di dunia ini. Gimana kehidupan anak-anakku nanti?   Sediiih banget! Sehingga aku pun sibuk menyiapkan (mendidik) anak-anak agar mandiri. Kalang kabut ga karuan demi menyiapkan mereka. 

Lalu bertemu Access Consciousness, yang telah mengubah sudut pandangku terhadap kehidupan, bahkan juga kematian. Sekarang ini, kalo harus bertemu kematian, yang ada di mindsetku adalah bahwa aku tetap ada, hanya saja sudah tidak berbody (walaupun kalo di imanku sih, akan kembali ke Bapa- ini hal lain lagi ya...). 

Jadi sekarang ini, selagi hidup, aku sih memandang ini sebagai suatu peluang yang sangat berharga, betapa sangat beruntungnya kita yang masih 'berbody' (embodiment) ini. Kehidupan sangat berarti, adalah peluang penting yang sudah seharusnya kita syukuri. Gratitude. 

Tuhan memberi kita kesempatan untuk tetap hidup, untuk tetap berkarya, mencipta. Sebagaimana DIA, yang menciptakan dan menggambar kita serupa dengan-Nya, maka sebenarnya destiny/keperuntukkan kita untuk hidup, ya adalah untuk mencipta/berkarya/co-creation. 

Ini sebuah perwahyuan sih, karena banyak orang yang mengaku bertuhan, tetapi tidak dapat menghargai kehidupan, baik kehidupan dirinya sendiri maupun kehidupan pada keseluruhannya. Ini sebetulnya hal umum dan sering juga dibicarakan di kotbah/ceramah-ceramah, tetapi gak banyak yang benar-benar memahami sampai ke dalam dan menjadi. Only know and doing Belum know doing n be.

Salam, 
Lily Tasman,
Bandung
IG. @lilytasmann


Halo, namaku Uwien. Hari ini aku ingin berbagi kisah. Kisah kebangkitanku, dari rasa yang selama ini menarikku untuk terus menyembunyikan kemampuanku, dan hanya tampil sebagai 'Uwien yang biasa saja". Yang emak tiga anak, istri dan ibu rumah tangga biasa saja. 

Dimulai dengan ikut kelas Bars yang difasilitasi oleh dokter David Budi Wartono.
Jangan dulu membayangkan bahwa aku mengikuti kelas ini dengan penuh semangat, loh, ya! Sembilan puluh persen, ya, 90% rasa kantuk menyergapku saat belajar Bars. Ngantuk, tuk, tuk! Ngeblank. Apalagi aku tuh ga pandai bahasa Inggris, otomatis banyak bengongnya donk! 

Sama sekali ga ngerti apa yang dibahas, terlebih Access Bars ini adalah sesuatu yang sangat sangat baru bagiku. Haduuuh! Gawat. Mau bertanya, tapi ragu dan MALU. Ntar kalo nanya dan pertanyaannya terkesan konyol, bisa dinilai lemot, deh! Padahal..., pertanyaan apapun di kelas-kelas Access, adalah hal yang lumrah dan tetap dihargai. Huuuh. 

Dan..., yang lebih parah lagi, selain rasa kantuk yang menyergap, aktivitasku yang lain di kelas saat itu adalah menyerap emosi peserta lainnya, sehingga ketika mereka sedang bercerita, aku pun dengan 'sempurna' menyerap emosi itu. Cerita sedih,  maka aku pun dengan sukses mewek. Cerita lucu, aku pun tergelak. Ya Allah.... Mengapa aku seperti ini?

Perjalanan panjang dan berliku pun dimulai. Tak mudah. Karena setiap ingin ikutan swap (bertukar energi dengan saling praktis Bars), aku pun terkendala oleh rasa malas dan ragu. Mau ikut kelas lainnya, apalagi? Ragu, malas, dan pertanyaan yang selalu mencegahku adalah, perlu enggak sih ikut kelas ini? Sisi lain diriku selalu "menyerang" dan bikin drama supaya gak ikut kelas. 

Padahal uangnya ada tapi eman-eman (sayang) buat ikut kelas. Terus pada akhirnya uang yang udah disiapin buat kelas malah habis buat foya-foya 😂  Aku masih inget, ikut swap Bars beberapa kali selama 2 tahun itu, waktu mau clearing yang ditanyakan selalu sama. Gak sadar-sadar pula. Plaakk!  

As I acknowledged, mulai kerasa perubahanku adalah ketika ikut challenge IPOV (itu pun mau klik JOIN tuh ragu-ragu banget, maju-mundur cantik). Apa itu IPOV, TTTE gak ngerti apaan. 

Tapi akhirnya aku beranikan diri klik Join sambil merem), haha. 

Lebih kurang bulan lalu, aku jebol benteng pertama unawareness-ku dan semua keraguan menuju awareness dengan IPOV. Ah iya, IPOV ini adalah kepanjangan dari Interesting Poin of View. 
IPOVku saat itu adalah interesting point of view I have this POV bahwa aku selalu ragu-ragu saat belajar access/awareness.

"IPOV I have this IPOV aku malu bertanya karena pasti dianggap bego'. 

Oh God!  Itu aku bener-bener 'lahiran'. Thanks Dokter dan Miss Damma yang waktu itu "nge-bidan-in". 

Aku gempur tameng-tameng yang nge-block diri sendiri dengan IPOV sampe pusing-pusing, mual-mual, muntah-muntah. 

"IPOV I have IPOV aku males banget baca buku bahasa Inggris" 
"IPOV I have this IPOV gak ngerti sama clearing-clearing bahasa Inggris, aku gak bisa bahasa Inggris." "IPOV I have this IPOV aku pasti diketawain karena pelafalan bahasa Inggrisku yang gak bagus." 

dan maaasiiiih banyaaaak lagi IPOV-IPOV yang keluar dan berhasil aku buang. 

Yang paling besar "IPOV aku punya POV aku masih suka drama-drama kehidupan, suka jadi pemain sinetron, kalo nggak drama nggak nangis-nangis nggak asyik."

Hahaha ngakak deh kalo sekarang, kalo waktu itu nangis dan muntah-muntah sampe mata merah dan bengkak, udah kek zombie. 

Beberapa hari ikut IPOV, aku choose challenge 30 hari giving+receiving Bars tanpa putus. 
Swap sama anak gak cukup, aku butuh received dari orang lain. Jadi tiap hari bolak-balik ke klinik pake gojek. Ninggalin 3 anak di rumah sendiri. Bodo amat sama judgment tetangga (di-IPOV-in aja hehe). 

Dan berapa biaya PP kalo dihitung? Bisa buat beli beras 1 kwintal lebih. Tapi gak aku pikirin itu mah. Dari Challenge 30 hari Bars itu mulai kebuka satu-satu yang jadi limitasiku. Huhuhu. Nangis terharu.  Gratitude. Pengen pelukin satu-satu partner swap di klinik dan temen-temen Access Consciousness karena telah berkontribusi banyak ke aku. 

Tiga puluh hari kelar, ikut challenge apa lagi ya? Lalu memilih ikut kelas BP DEFG. Kemudian challenge diri sendiri giving receiving BP 30 hari. Baru jalan 2 mingguan, terjeda oleh mudik, nanti setelah lebaran mulai lagi challenge BP-nya) 

Setelah itu apa lagi ya? Pas banget dokter David lempar pertanyaan di grup, siapa yang mau challenge bla bla bla. Tanpa pikir panjang, aku challenge diri sendiri EJG (All of life comes to me with ease joy and glory). JAM 5 PAGI PULA! 

Challenging banget karena aku tidur jam 1 atau jam 2 bahkan sampe subuh setelah selesai nulis. Waktu itu pilih EJG jam 5 pagi alesannya aku sering bangun kesiangan. Kebiasaan sholat Subuh sering terlewat. (wah, ini IPOV juga ternyata. 'IPOV aku punya IPOV kalo bangun siang itu gak baik, bikin males sepanjang hari, gak bagus buat tubuh, rejekinya dipatok ayam") hahaha.  

Tapi ternyata setelah dijalani, perubahannya lebih dari yang aku bayangkan. Pagi hari jauh lebih fresh & semangat, produktif nulis, kerjaan lancar, badan lebih sehat & bugar meskipun tidur dini hari. Terus ikut challenge-challenge dari teman-teman lainnya. 

Makin kebuka banyak hal termasuk MENERIMA DIRI SENDIRI, menerima ability, mengakui potensi. Sejauh ini, aku mengakui perubahanku, aku happy dan bangga sama effort-ku. Bye aku yang dulu. 

Bye bye Uwien yang pendiam banget, pemurung, jarang senyum. 
Bye-bye Uwien yang pundungan, yang cengeng dikit-dikit nangis. 
Bye-bye Uwien yang ketergantungan sama paracetamol. 
Bye-bye Uwien yang menolak dikagumi orang. 

Selanjutnya apa ya? What else is possible? How does it get any better than this? 
I am so grateful to be part of this beautiful vibe! Thank you, Access Consciousness. 

Salam,
Uwien.
Reach me here.
Blog dan IG



Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Apa itu Access Consciousness?
  • Apa itu Access Bars?
  • Clearing Statement
  • 3 Tips Menghadapi Orang yang Njelimet
  • Baksos - FREE Sesi Bars - Dalam Rangka Menyambut Event Bars Global Sedunia
  • Baksos BARS - Memperingati Hari Kesadaran Pencegahan Bunuh Diri Sedunia
  • Testimoni Lily Tasman Tentang Kelas Talk to The Entities
  • Talk to The Entities - Hayo, Siapa yang Berminat Gabung?
  • Apakah Access itu Sejenis Kultus/Pemujaan?
  • Perlu Ga sih, Repeat Kelas-kelas Access Consciousness?

Categories

  • bars 5
  • Blog 8
  • Body Process 5
  • event 3
  • facilitator 1
  • Info 1
  • jadwal 2
  • kelas 5
  • location 1
  • mitasampepajung 1
  • Testimoni 7
  • tools 1
  • welcome 1
Powered by Blogger.

3 Tips Menghadapi Orang yang Njelimet

Blog Archive

  • ▼  2022 (2)
    • ▼  February (1)
      • 3 Tips Menghadapi Orang yang Njelimet
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (16)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2020 (14)
    • ►  November (4)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)

Popular

  • Apa itu Access Bars?
    Apa itu Access Bars?
    Awal mulanya Access Consciousness hanya menawarkan kelas Access BARS saja, dan hingga hari ini Access BARS tetap menjadi fondasi dan in...
  • Apa itu Access Consciousness?
    Apa itu Access Consciousness?
    Apa itu Access Consciousness?  Sudah pernah atau malah sering mendengar tentang Access Consciousness? Untuk yang masih penasaran tentang ap...
  • Baksos - FREE Sesi Bars - Dalam Rangka Menyambut Event Bars Global Sedunia
    Baksos - FREE Sesi Bars - Dalam Rangka Menyambut Event Bars Global Sedunia
    Hai,   Menyambut event global Bars sedunia di bulan Januari, kami praktisi Access Bars se-Indonesia melaksanakan bakti sosial untuk siapa pu...

Oddthemes

Copyright © HIDUP CERIA. Designed by OddThemes